Ngutang (bukan pake kutang!)
Dengan secangkir teh, di suatu sore di bawah sebuah pohon yang rindang:
aku: Guru, saya teringat; almarhumah nenek saya (semoga beliau dilimpahi kebahagiaan) pernah memberi tips tentang kehidupan pada anak-anaknya, “Wong urip iku ojo ngutang lan ojo ngutangké.” (Jawa - Orang hidup itu jangan berhutang dan jangan memberi hutang.) Menurut Guru?
Guru: Nenekmu seorang bijak!
aku: Tapi, bukankah Guru selalu berbicara tentang memberi.. memberi dan memberi?
Guru: (tersenyum) Kita sedang membicarakan tentang hutang-piutang. Bukan soal memberi dan menerima. Hutang atau berhutang tidak sama dengan memberi dan menerima. Hubungan yang berdasarkan hutang-piutang adalah hubungan dagang semata. Maka, mereka yang terlibat dalam hutang-piutang akan turun kualitas hubungannya.. dari hubungan kekerabatan yang penuh kasih.. menjadi hubungan dagang. Dan, dalam dagang, manusia akan saling mengambil jarak.. karena setiap pihak akan memikirkan soal ‘keuntungan’ atau ‘kerugian’. Jika kamu ingin memberi, memberilah dengan tulus, jangan ngutangi.
Kalau kita sudah mulai berhutang, itu artinya kita sudah melewati batas.. kita hidup melebihi kebutuhan, kita tidak bijak mengelola apa yang kita punya. Jangan menyalahkan nasib! Jangan mengutuk takdir! Kita pasti menuai apa yang kita semai. Adil! Mekanisme alam ini selalu adil. Ia tak pernah salah.
Ah! Sebuah sore yang cerah...
1 Comments:
At 8:47 PM, heweh said…
dapat salam dari Neng Fibry
Post a Comment
<< Home