Korek Api

Tuesday, January 17, 2006

Tarotblot, Co.

Sejak nonton infotainment sore itu, Daru mulai menjemur celana dalemnya di dalem kamar. Tak lupa, masing-masing dipasangi nomer seri. Gak juga tangan si bibi' yang bisa menjamah, apalagi cewek-cewek centil temen adeknya yang belakangan ini sering 'study tour' ke rumah kontrakan mereka. Daru percaya 'ma yang namanya pelet dan segala praktik klenik--selain bahwa Elvis masih hidup, diculik makhluk-makhluk abu-abu hydrochepalus dari luar angkasa.

Dia sumpah-sumpah, di suatu malam waktu umur 12tahun, dia pernah didatangi para penculik Elvis itu. Rencananya, dia bakal dijadiin kelinci percobaan di laboratorium luar angkasa. Katanya lagi, mereka tertarik dengan otaknya. Dengan kemampuan supranatural yang dia punya. Koq gak jadi? Konon, dia dilindungi 'ma Nyi Blorong, nenek-buyutnya!

Menurut ramalan Putri Wong Kam Fu yang dibacanya dari tabloid 'Klenik', bulan ini akan penuh kejutan dan keberuntungan. Sudah jam 10. Daru harus ke kampus, ngeliat apa lamaran Kerja Praktek-nya (KP) sudah dibales, trus masuk kerja dua jam lagi.

---

"Yang itu brapaan, Mas, harganya?", tanya Dina yang kebetulan nemu toko 'aneh-aneh' di tengah rimba-raya-jaman-millenium yang serba hi-tech ini. Yang jualannya juga aneh, cakep juga sih, tapi kenapa ngos-ngosan ngomongnya.

"Enam ratus-an... Tapi, 'dah sama buku.. dan dvd-nya, Mbak,"

"Kalo yang itu...?"

Itungannya, Dina masih dalam masa 'duka'. Cowoknya ketauan selingkuh. Tapi, nggak ada cara yang lebih dramatis untuk putus selain di depan kamera televisi. Wajahnya nonggol di teve, sabtu kemarin, di Playboy Kabel. Itung-itung promosi gratis, sambil numpang beken skalian menjajal akting. Dina emang drama queen sejati. Sebenernya, dia juga udah bosen 'ma Ken, cowoknya yang super-rich dan model itu.

Siang itu, Dina ngerayainnya sambil jalan-jalan sendirian ke 'women's-sport center': mal. Makan, nonton, shopping. Skalian ngetes, apa ada yang nonton Playboy Kabel dan tau 'siapa dia'.

"Tapi saya belum bisa mainin Tarot nih, mas."

"Oh, di sini juga bisa koq kalo mau ikutan trainingnya. Atau kalo' mbak mau coba dibacain, juga bisa koq..."

"Bayar berapa?"

"Tiga puluh ribu aja, Mbak."

Basa-basi, "mahal banget...", tapi Dina inget, dia masih punya kartu kredit Ken yang sama sekali belum sekarat, "boleh deh."

"Mari, mbak." Mereka melangkah ke dipan di belakang kaunter yang bernuansa oriental-magis itu.

---

Yes! Dengan satu gerakkan klasik: tangan kanan dikepalkan keras, siku ditekuk, lalu ayunkan dari atas ke bawah. Daru meloncat-loncat kecil. Bulan depan, dia berangkat ke Freeport untuk KP selama tiga bulan. Dia tahu--berdasarkan numerology dan feng shui--Freeport adalah takdirnya.

Udah jam 11.40, Daru buru-buru ngegas motornya menuju tempat kerja. Dipikirannya, terbayang Cartenz, dan dump-truck besar-besar, orang-orang berkulit gelap pakai koteka, dan dinginnya salju. Dia butuh jaket dan sweater!

---

Tarotblot, Co.

"Lo telat lagi Ru. Hari ini 20 menit," protes Lauren bosan.

"Sori Ren... gue dari kampus...," nafasnya terengah-engah, "bulan depan gue pergi... ke... Freeport."

"Simpen dulu crita lo, tuh ada yang dateng..."

"Yang itu brapaan, Mas, harganya?" ... lucu juga nih cewek. Banyak banget ya belanjaannya.

"Enam ratus-an...," tarik nafas - tahan - buang... .. .

---

... Pertanyaan terakhir, pertanyaan standar: "Kalo, Cinta?"

"Three of sword...," biasanya artinya perselingkuhan, "Three of cups." Lhoh.. tiga-cawan khan artinya pesta, perayaan. Kartu-kartu ini mau ngomong apa ya...

"Eee... Mbak baru putus ya? Pacar Mbak selingkuh ya?"

"Koq tahu?" Daru lega. Skali lagi, 'bacaan'-nya bener. Skali lagi, dia bisa menancapkan impresi kehebatannya di depan cewek manis itu. Dan dia juga jomblo.

"Tapi...," Daru mulai ragu dengan kartu-kartunya, "saya ngliat Mbak seneng. Mensyukuri malah.. kejadian itu."

"Hehe.. tau aja kamu.. Kamu hebat ya.. Nama gue Dina," cewek itu mengulurkan, menawarkan tangannya.

"Daru. Kayaknya saya pernah liat Mbak deh di TV"

Dina bertemu fans pertamanya.

---

"Lo gak mikir ya! Lo dah selingkuh di depan mata gue.. Brani-braninya lo dateng lagi ke rumah gue... Lo mo apa lagi skarang? Belum puas lo mencabik-cabik hati gue? Mo ngajak balikan? Enak aja....," Dina mencoba skali lagi kemampuan aktingnya. Script-nya sudah dia hapal di luar kepala.

"Sorry, I'm really really sorry, Bun. Nggak.. eh.. gue.. gue minta lo balikin credit-card gue," kata Ken to-the-point.

Dina masih memasang wajah geram ala artis sinetron, tak lupa dengan mata melototnya. Membuka dompetnya, "Nih...siapa juga yang butuh." Kartu kredit premium itu dilempar Dina ke muka Ken. Dina bisa mendengar applause penonton dan ...the Oscar goes to...

"Satu lagi..." Ken menghentikan langkahnya dan berbalik. Mau ngomel apa lagi nih anak.

"Jangan pernah panggil gue your Bunny.. again!", Dina berbalik, lalu masuk ke dalam rumah.

...and the Oscar goes to Ardina Morita!

-Cut!-

Dina teringat. Bentar lagi Daru dateng. Malam ini mereka ada janji, dan Dina sama sekali belum mandi. Besok Daru sudah terbang ke Papua. Dina punya kejutan buat pacar barunya itu: dia akan ngasih iPod yang sudah diisi lagu-lagu cinta, dua jaket dan tiga sweater. Dina juga udah nyiapin dinner romantis di beranda sambil pake baju-butik mahalnya yang baru dibeli. Thanks for all, Ken's premium credit-card! I love yah!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home