Korek Api

Wednesday, February 08, 2006

KAOS RONI: GRATIS ITU INDAH

Dari tadi Roni keliatan mondar-mandir gak jelas masuk-keluar kamar trus ke kerdus (yang isinya baju sumbangan buat korban bencana alam) sambil bawa-bawa kain belel yang dulu sempat punya status sebagai kaos itu. Sayang dikasi orang, katanya mengiba. Kaos itu didapat dengan penuh perjuangan!

Kasi gak ya?! Kaos ini dah banyak menyimpan kenangan. Sama banyaknya dengan anak tikus yang pernah numpang dilahirkan di lemari pakaiannya. Roni bukannya pelit. Dia cuma orang yang menghargai memori.

Sekilas, gak ada yang istimewa dari kaos itu. Kaos biasa lengan pendek. Warnanya putih dengan lengan dan kerah warna ijo tua. Tapi yang buat kaos itu nggak biasa--luar biasa malah, buat Roni--adalah sablonan kecil di bagian dada kiri dan tulisan pendek di bagian belakangnya.

Bukan juga karena tu kaos cuma saru-satunya di dunia dan akhirat, bahkan, temen seangkatannya sebagian besar juga dapet. Ya, dapet. Kaos itu adalah kaos pembagian. Buat anak-anak seumuran Roni, waktu itu dan sampe sekarang, kaos pembagian--terutama yang berlogo, apapun logonya--punya gengsi yang gak kalah sama baju-baju butik. Gila, dapetnya aja kudu berebut! Mana ada begituan di butik...

Adalah sebuah iven pameran industri di Jakarta yang sempat--secara tidak beruntung--dikunjungi mahasiswa haus-barang-gratisan (ada juga sih yang nyari ilmu, tapi masih banyak lagi yang cuma pengin jalan-jalan ke Jakarta *please, deh!*, foto-foto *ngehabisin 3 rol film isi 24 cuma untuk di tempat parkir doank*, ato sekedar cari alesan ngabur dari kuliahnya Pak Rustam yang super boring). Sebut saja pameran itu Expoterserahapanamanya (karena emang gak penting). Memajang berbagai industri, mulai dari industri bidang sipil, konstruksi, automotif, kehutanan, pertambangan, sampe pameran kerupuk dan terasi. Sialan, panas-panas disuruh pake jas almamater (buat 'tiket' masuk pameran)! Mana bau terasi lagi...

---

Roni dan temen-temen seangkatannya--untuk urusan berburu barang gratisan (bahkan itu yang paling gak guna sekalipun)--punya energi berlebih. Berlebihan bahkan.

Sudah lewat waktunya makan siang. Itu artinya stan perusahaan elit udah dibuka. Dan, mereka-mereka ini yang paling memahami kebutuhan mendasar mahasiswa akan produk bermutu tanpa label harga, yang dengan naif berharap produknya dikenal (atau minimal dikenang) mereka yang dapetinnya.

Astra, Freeport, Antam, Inco, Komatsu, Renault, DynoNobel, dsb, dst. Mata Roni dan teman-temannya berbinar menyaksikan konstelasi stan-stan bertabur SPG berpakaian minim dengan makeup (arti: buat 'naik';) tebal. This what heaven's like. Dan, misi dimulai:

No. File: 121-01
Stan-1


"Siang, mbak..."
[aduh, mbak, gak masuk angin tuh? cuma pake handuk doank dibebet-bebet]

"Siang, masss..." *asli, 's'-nya panjang bener, kedinginan mungkin* "ada yang bisa dibantu."
[yah, mahasiswa.. keliatan dari penampilannya! gak level...]

"Iya, mbak.. eehh" *bingung cari-cari pertanyaan bermutu* "Freeport perusahaan dari mana ya?"
[trus.. alamat, nomer telpon, nomer bra.. dst.. dsb..]

No. File: 121-03
Stan-5


"Oooh, jadi gitu ya, pak.."
[sok ngerti. mata jelalatan nyari-nyari barang gratisan. Ih, lama bener njelasinnya.. kapan hadiahnya nih? Gak ada apa-apa..nah itu dia.. ada tas ransel]

--terdiam--

Mata si Bapak penjaga stan menatap curiga ke pengunjung stannya yang bertampang aneh ini: wajah ke mana, mata ke mana..

"Dik, koq ngeliatin ke tas saya. Ada yang salah?"

[damn it! Bapak yang salah: bilang keq dari tadi kalo di stan ini gak ada hadiahnya.]

No. File: 121-08
Meja dengan 4 kursi


"Gila ya, banyak perusahaan besar ikut pameran ini." sambil ngelepas topi dan kipas-kipas.
[liat nih.. gue dah dapet topi Renault ama kipas Astra]

"Iya.. ya.. kalo diitung-itung lebih banyak dari taun kemarin." sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja, di sebelahnya ada buku-laporan-tahunan yang super tebel--gak tau buat apa, pokoknya ambil aja.
[liat nih.. gue dah dapet pulpen Inco ama buku Freeport]

"Eh, udahan ya.." *sambil berdiri, siap-siap lari* "masih banyak yang gue blum datengin." *emang ngaruh*
[kurang ajar. Jadwal: abis ini langsung ke stan Inco dan Freeport]

"Sama!"

Bersedia.. siap.. yak!

No. File: 121-17
Stan-8


"Yah.. mbak.. Masak cuma permen.. Saya minta posternya yah?"

"Wah itu kan buat display, mas..."

"Kalo gitu.. pulpennya deh?"

"Ini juga bukan.."

"Asbak?"

"Gak!"

"Lampu?"

"..."

"Kalo gitu dompet?"

"...!??!" *kayak adegan perampokan*

No. File: 121-12
Meja dengan 1 kursi


Susan terlihat serius. Kayak ngerjain ujian aja. Di sampingnya ada dua tumpukan kertas. Yang satu masih kosong, belum ada jawabannya. Yang satu udah terisi penuh.

"Ngapain lo, San?"

"Njawab kuesioner.."

"Sebanyak ini?"

"Iya, di stan sono, banyak hadiahnya... ntar jam 3 diundi."

No. File: 121-21
Stan-11


Tampak ada huru-hara. Mahasiswa bertampang zombie berebut kaos gratisan.

"Tenang-tenang..."

Gak digubris.

"Semua ntar juga kebagian.. Tapi jawab dulu pertan...ny....nnn"

Terserah apa lu kata!

"Eit.. dik.. satu-satu donk."

Ada satu oknum yang teriak di kejauhan: "Ada kaos di sana!!!"

Kayak diserbu segerombolan lebah. Cuma yang ini lebih ngeri! Stan itu pun roboh. Kaos tak bersisa...

Roni tersenyum menang.

---

"Woy, monyong, mo ikut gak ke kampus, naro' ini di posko?" tanya Doni. Dia mendekap kardus isi baju-baju dari warga se-RT-nya buat disumbangin.

"Kagak ah..maless.. blom mandi..." jawab Roni sambil ngulet kaya ulet daun pisang.

"Sejak kapan lo ke kampus mandi? Bantuin gue nyortir di posko.."

"Maless.. gue musti ke Bayou dulu ngambil gaji, ntar gue nyusul.. Ati-ati ya bawanya..."

"Kupret!.. Tumben lo perhatian?"

"Ada kaos kesayangan gue tuh di sana... Kalo bisa dibungkus terpisah.. trus harus tau tuh siapa yang dapetin kaos gue itu.. biar ga jatuh ke tangan yang salah.."

Doni terharu.. Dilemparnya kerdus itu ke muka Roni. Telak!

"Nyumbang satu kaos aja: gaya!"

0 Comments:

Post a Comment

<< Home