Birokrasi
Gue ga pernah bisa menikmati yang namanya birokrasi di negeri ini. Lebih-lebih lagi birokrasi buat ke luar negeri.. *douh!* Ya, ya, ya.. gue tahu kalo semua formulir yang harus diisi, x-ray sampai paspor itu emang tidak mengada-ada. Mungkin karena trauma dengan birokrasi negeri sendiri yang seringkali memusingkan sesuatu yang gak begitu guna. Tapi mungkin yang paling jadi beban ya itu... takut. Takut gagal, berantakan, ... titik.
Suatu hari ketakutan itu tertangkap juga oleh Guru. Ah, dia sih slalu tahu...
Guru: Kenapa? Wajahmu koq ditekuk, dilipet-lipet kayak gitu...
aku: Pusing, Guru. Begitu banyak yang harus dikerjakan; surat-surat, formulir.. tapi yang paling mengganggu saya adalah kenyataan bahwa ada ketakutan di dalam pikiran saya.. A big one.
Guru: Takut apa?
aku: Takut gagal. Takut semua yang saya rencanain berantakan.. porak-poranda.
Guru: Hey, bukannya kamu sendiri yang dulu pernah bilang; 'Kebanyakan hal indah yang datang dalam hidupku terjadi tanpa direncana-rencanakan'... So, why bother now?
Itulah mengapa kamu begitu kusut--sehingga yang kamu lihat semua ya ikut kusut--karena kamu tidak membiarkan hidupmu mengalir.. mungkin keruh, sekeruh Cikapundung, tapi yang penting mengalir. Bukannya tidak boleh membuat rencana.. tapi JANGAN TERMAKAN RENCANAMU SENDIRI!
Ah! Guru... bisa aja.