Korek Api

Monday, February 27, 2006

Love Comes in Many Shape and Sizes

Ya, cinta emang bisa dateng dalam berbagai bentuk dan rupa.

Kata nenek, cinta itu buta. Berikut beberapa kisah cinta mengharukan antar mereka yang tak seharusnya bersama yang berhasil dihimpun dalam rangka memperingati bulan cinta yang diambil dari Associated Press. Dan, cinta bukan cuma hubungan antarjenis kelamin berbeda (kadang juga sama, ding), tapi lebih dari itu: persabahatan yang mendalam tanpa melihat segala perbedaan.

---

Kisah Pertama dateng dari sebuah kota besar di pantai barat Amerika Serikat. A west coast story:

Hanya 3 minggu setelah kematian kekasihnya--Ruby--akibat kanker, Willy berhasil kembali bangkit: dia jatuh cinta lagi. Namanya Nicole.

Buat Willy--yang sedang kasmaran--umur hanyalah angka. Cintanya pada Nicole--yang 6 tahun lebih tua darinya--begitu sempurna. Ukuran tubuh Nicole yang lebih besar dan tinggi pun tidak pernah menjadi masalah buat Willy. Ke mana-mana mereka selalu bersama. Tanpa perasaan canggung, mereka sering terlihat saling menyentuhkan hidung di depan umum.

Jeff Holland, seorang kurator pertunjukkan yang selalu mengikuti perkembangan mereka, berkomentar, "Menurut saya, kesepian adalah sebabnya."

"Willy jatuh cinta padanya. Sepertinya cintanya lebih besar daripada cinta Nicole," lanjut Holland.

Awalnya, Nicole tidak tertarik pada Willy yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Tapi, Willy--yang tak mudah menyerah itu--berhasil merebut hatinya. Kini, setiap pagi selalu mereka lewati dengan makan bersama, saling menyentuh, dan berjalan-jalan bersama.

Tidak ada yang tahu sampai kapan keduanya akan terus bisa menjalin cinta terlarang ini. Beberapa petugas Kebun Binatang Los Angeles berharap Nicole bisa menemukan pasangan yang sama dengan dirinya, sesama antelope. Sedangkan Willy kemungkinan besar akan segera dipindahkan ke kandang yang baru bersama babi-babi lainnya.

Jadi inget Romeo dan Juliet... *lhoh?* Kenapa sih tuh pegawai bonbin-nya pada rese.. biarin aja, napa.. hehehehe. Menurut gue nih yang paling aneh dari kisah ini adalah: Jeff Holland.

---

Kisah kedua. Kisah Clover dan Bokbok, dan beberapa kisah lainnya terjadi dari Kromdraai, Afrika Selatan.

Kesamaan nasib sebagai yatim piatu membuat keduanya tak terpisahkan!

Wanitanya bernama Clover yang menjadi sebatang kara sejak ibunya dibunuh ketika ia masih berumur 3 bulan di provonsi Kwazulu Natal, Afsel, karena uang. Prianya bernama Bokbok. Mereka sama=sama kesepian. Keduanya bertemu di sebuah siang yang terik di Pusat Perlindungan Badak dan Singa, lebih kurang 29 km sebelah baratlaut kota Johannesburg, Afsel.

"Kami semua heran melihat betapa akrabnya mereka," kata Fran Berkowitz yang melihat kedekatan mereka pertama kali ketika keduanya tengah menyantap Lucerne bersama.

Keduanya dikisahkan sering bermain saling dorong kepala dan menghabiskan hari-harinya berdua. Clover termasuk tipe pencemburu. Dia selalu nampak marah jika ada orang yang berusaha mendekati Bokbok.

Hubungan tak lazim antara Clover dan Bokbok mungkin harus segera berakhir seiring berjalannya waktu. Clover akan dikembalikan ke cagar alam, bergabung bersama badak-badak putih lain. Sedangkan Bokbok sepertinya harus mencari tambatan hati yang lain. Bokbok masih harus berada di Pusat Perlindungan tersebut sampai ada orang Madura yang pingin bikin sate kambing. Hehehe...

Konon, kisah hubungan antarspesies seperti ini sudah beberapa kali terjadi di sana. Salah satu yang paling mencengangkan adalah hubungan antara seekor singa betina dengan seekor anak antelope*ada apa sih dengan spesies ini, gak singa gak babi..*. Padahal normalnya si antelope ini lari kalo ngeliat singa. Ntar dimakan, lagi...

Kisah lain yang begitu memilukan. Tahun 1998, seekor gajah yang ditinggal induknya sempat bersahabat dekat dengan seekor biri-biri di Pusat Penelitian Satwa Afsel. Persahabatan itu berakhir tragis. Ketika keduanya sedang tidur, secara tak sengaja, sang gajah menindih si biri-biri sampai mati. *Hiks*

---

Kisah ketiga berlatar bencana terbesar di awal abad ini: tsunami tahun 2004, dari Nairobi

Siapa bilang persahabatan tidak bisa terjadi antara merka yang berbeda umur 100 tahun.

Seperti banyak penduduk di sekitar Samudera Hindia, Owen kehilangan seluruh keluarganya dalam musibah tsunami di akhir tahun 2004. Dalam kesedihannya itu, ia bertemu Mzee, yang sudah berumur 130 tahun.

Pertemuan mereka terjadi di Taman Haller. Sebelumnya, Owen bersama keluarganya hidup tenang di sungai Sabaki. Karena tsunami, ia dan keluargnya terseret arus ke lautan dan terdampar di sebuah batu karang. Penduduk Malindi menemukannya lalu di bawa ke Taman Haller, tempat Mzee tinggal.

Awalnya, Owen tertarik pada bentuk Mzee yang menurutnya aneh. Warna tubuhnya yang keabu-abuan mengingatkan Owen pada sanak keluarganya. Awalnya Mzee tak ingin Owen mendekatinya, namun Owen terus mengikutinya di sekitar taman hingga ke kubangan. Owen, juga sering mencoba tidur di dekatnya.

Beberapa hari cukup untuk membuat hati Mzee meluluh. Mereka mulai bersabahat. Mzee juga mulai menunjukkan kasih sayangnya, dan menjadikan Owen anak angkatnya. Keduanya tak terpisahkan.

Awal tahun 2006, para di petugas Taman Haller akan mengenalkan Owen pada Cloe yang juga adalah korban tsunami. Tapi, mereka harus melalu masa-masa 'penjajakan' dahulu karena kuda nil (hippopotamus) harus akrab dengan bau badan pasangannya dulu sebelum bisa berdekatan. Rencananya, setelahnya, para petugas konservasi akan mengenalkan Cleo pada Mzee juga. Mari kita lihat, apa Mzee akan memberikan restu.

Kalo sudah begini, dunia ini serasa penuh dengan cinta...

Friday, February 24, 2006

Sehari 2 Gedung ku Lampaui

Woooaahhhh....nggkkkk (baca: lagi ngulet kaya uler keket)

Dah lama rasanya gak nulis apa-apa lagi. Bukannya ane sok sibuk, tapi segenap tenaga dan pikiran sedang dicurahkan untuk beberapa hal yang laen, e.g. nonton n jalan-jalan (hehehe... ini butuh energi banyak) ke Sarkem, tenis lagi dan lagi, ngurus aborsi (upss! nah ini ada critanya sendiri), tes SIS.. en yang terpenting: nyelesein satu naskah cerita pendek yang rada serius daripada yg slama ini pernah gw tulis-->mudah-mudahan bisa di-film-in segera.. soalnya prihatin ngeliat film kita yang isinya kurang berbobot belakangan ini. Ya sutra lah... doakan saja.

Sementara ada denger berita soal pemblokiran jalan di Tembagapura, soalnya tuh PT Freeport Indonesia (salah satu tempat tujuan kerja anak2 tambang raya) itu ngelarang lagi--konon sih soal keselamatan dan keamanan--warga/orang-orang untuk nyari emas di tempat mereka ngebuang tailing. Nah, konon, para penambang liar ini (panggilan untuk para penambang gak resmi) bisa dapetin duit seharinya sampe 2juta rupiah *ngapain jg gw kuliah lama-lama, kalo kaya mereka aja bisa tajir*--tapi itu belum dipotong uang keamanan sana-sini. Buntutnya, temen-temen en senior gw d sana nih.. lagi pada libur kerja. Tapi, apa enaknya libur kalo gak bisa ke mana-mana..(lha wong tempat cuma seipret-ipret itu) mendingan kerja!

Belom lagi, ada mahasiswa asal Papua yang dateng ke Plasa 89 di daerah Kuningan (hehehe.. gue pernah dong ke sana.. dan kayaknya ada di lante 4 dan 7 deh tuh kantor FI. Trus ada juga beberapa kantor perusahaan lainnya. Jadi tuh gedung bukan punya FI seorang..) kayaknya mereka salah sasaran deh ngerusaknya.. bukannya FI yang rugi, tapi si pemilik gedung. Sebagai anak tambang yang murah senyum dan banyak makan, jangan tanya gue deh apa-apa soal Freeport dan keuntungan yang mereka keruk dari tanah Papua, dan Indonesia umumnya. Abissnya, kita ini kurang solid dan sering cuma mikir jangka pendek dan perut sendiri (ditambah perut istri, anak, mertua, dll).. jadi gampang dimanfaatin orang lain. Makannya Indonesia: bersatulah.. en satu lagi yang juga penting: pinter-lah!

Satu lagi yang jadi sorotan: soal rame-rame minta suaka ke negeri tetangga. Komentar gue: AKU DUKUNG!!! abis gimana nggak, lha wong negeri sendiri gak bisa ngelindungi hak-hak warganya (sprt: untuk bebas berkeyakinan)... apalagi pimpinan empeer-nya dan pejabat2 negeri ini komentarnya juga gak bijak... ya silakan saja saudara-saudaraku... biar makin malu bangsa ini!!!!


Balada Tes Kerja

Jadi inget: ngomong-ngomong soal Freeport. Gw pernah 2 x ke Plasa 89 buat ikutan tes. Hasilnya??? (jangan ditanya deh.. bisa uring-uringan tuh si Ma-D).. jadi inget pas tes pertama: wawancara. Karena di hari yg sama itu gw siangnya harus ada tes juga di gedung Rajawali (di daerah Kuningan juga) buat Bank Mandiri, *udah tes tahap-3 tuh!* jadinya gw berpakaian laiknya pegawai bank: super necis *suiiit..suiiiit... disuit-suit ma tukang ojeg*--yang kalo gw pake beginian di site tambang, bakal diperkosa kale sama operator dump truck *huehehe..*

Nah, datenglah giliran gw masuk ruang wawancara di Freeport. Ada 2 orang yang di sana. Dua2nya langsung dah ngeliatin gw dr ujung rambut ke ujung kaki. Langsung disuruh duduk.. ngobrol ngalor-ngidul.. trus udahan *lhoh?! koq ga ditanya soal teknis tambang sih!* Heran juga!

"Kamu ntar siang ikut tes SHL ya.."

"Eee.. saya harus ke tempat lain, Pak"-->gak enak kalo bilang: mo tes di tempat laen.

-->e.. tapi tau juga mereka: "Mo tes ya?" dengan lirikan mata menggoda yang gw bales senyum lebar "Tes di mana?"

"Tes buat Bank, Pak."

"Pantes.. penampakan *waduh* kamu emang lebih cocok jadi pegawai bank *apa maksudnya nehhh!*"

"Hehe.." senyum nanggung.


Siangnya, di tes Bank Mandiri:

Setelah melewati berbagai tes aneh-aneh (yg paling kaget waktu disuruh jadi sales.. mana gw orangnya paling males dsuruh jualan.. mana produknya aneh lagi.. duh!), gw akhirnya sampe di sesi terakhir... ditanya macem-macem...

"Emmh.. kamu lulus kapan?"

"Hehe... *tawa tertahan* belum lulus pak.."-->waktu itu gw gak ada kerjaan, abis dosen pembimbing gw kerjanya ngacir mulu.. susah nerusin TA, mana rekan2 seperjuangan dah pada ikutan tes ini-itu.. jadi lah gw pingin ikutan... en unfortunately lolos...

"Waduh.. kamu ini..." geleng-geleng. --> soalnya cuma org *ya eya lah.. masa' kucing* yg dah lulus yg boleh ngedaftar.

Setelah itu gw ga pernah dipanggil lagi. *Hiks!*

Tapi, ada berita gembira sore--sepulang tes Mandiri--itu, datengnya lewat hape:

"Haloo.. ini Bu Ida.."

"Halo bu.."--> Bu Ida itu bos gw di protokoler kampus.

"Ma-D, kamu bisa ng-MC? Denger2 kamu bisa perancis ya.."

"Hah.. *blum pernah sih.. tapi* bisa bu. Perancis... *wah udah lupa tuh* bisa.. dikit *dikkkkiiiiiit banget*."

"Tanggal 7 Mei, ada acara Journee Francais a l'ITB. Kamu ng-MC ya ma Aming en Tike. Itu lho.. yang di Extravaganza..."

*Hah!! Yang boneng...*

"Siiip Bu.. bisa."



Sore itu gw pulang ke rumah tante di Kemayoran dengan senyum bahagia. Sapa tau ini jalan gue.. jadi selebritis.. daripada jadi pegawe bank... hihihihi

Monday, February 20, 2006

NYEMBURRR!

Ultah kemaren suskes gue lewati di atas tempat tidur. Leher gue panas bukan maen kayak abis nelen minyak tanah dulu...

Begini critanya. Waktu itu, sebagai mahasiswa idealis yang pingin mengabdikan diri di dunia perkampusan dan berhimpun dalam organisasi *naon seh!!*, gw dengan penuh semangat mengikuti acara ospek HMT--yang konon serem itu. Gak tanggung-tanggung: gue diospek selama setahun! Gila bujug dah!

Singkat kata, singkat cerita, sampe lah kami ke acara akhir di sebuah kebun teh di Pengalengan. Kalo orang laen dateng ke sono buat nikmatin keindahan panorama, nghirup udara segar pegunungan, kami.. ke sana untuk mencari batas kekuatan diri, lari lari dan lari.. push up, sit up, makeup.. eh gakk dingg. Guling-guling.. ndegerin senior ngomel-ngomel entah apa...



Oh iya, jadi inget ma si kodok yang jadi maskot kami. Ada kebiasaan (buruk) di setiap ospek himpunan: tiap angkatan punya maskot masing-masing.. 99-->ayam, 2000-->kodok, 2001-->kelenci. Udah gak ngitung brapa kali kami ngganti-ngganti kodok selama ospek. Nah, pas lagi acara akhir itu juga, si kodok menemukan celah dalam penjagaan kami... dia menemukan ide cemerlang *daripada ngikut ospek anak-anak bego dan gak pernah sekalipun dikasi makan* untuk melarikan diri. Maka, raiblah si kodok ditengah gemuruh suara dan kegiatan kami. Yang tadinya tuh maskot kodok jumlahnya sepasang, tinggal satu... *tauk juga, kenapa yg satu itu lebih betah ama kami dan gak mikir untuk ngabur*.

"De.. bawa maskot ya.." tiba-tiba ada temen yng biasa bawa maskot--panggil aja si A--ndatengin gue yang lagi o'on..

"Haaa...." jawab gue bengong dengan mata sayu dan iler ngecesss... *hehehe* "Ohh... oke." Begonya gw!!!! Gw ga merhatiin kalo tu kodok di dalem kotak tinggal satu. Dengan penuh pengabdian kepada angkatan, gw bawa maskot dengan bangga.

Sampe suatu saat di tengah ospek..

"Woy... kamu! Kemana kodoknya yang satu??!"

"Haaah..?" @%^&*(*$#%^&*() kurang ajar tuh si A... jadinya gw deh yang kena damprat... mampusss dah gw... *sapa suruh kebanyakan bengong--pembenaran: gw terpesona oleh keindahan pemandangan sekitar.. insting fotografi gw meminta mata gue menelisik sisi-sisi indahnya *mulai nglanturrrr..*

Maka, waktu istirahat buat sholat, kami pun disuruh nyari kodok.. Untung pas ada yang lagi wudhu, ngeliat seekor kodok bengong di deketnya *percis gueeee*. Ditanggkap. Ospek pun berlanjuuuuuut.

Sore... udah semakin dekat waktu pelantikan.

Kalo boleh bersyukur ma Tuhan, gw mau berterimakasih karena dah ngasih gue satu 'penyakit' ini: gue gampang banget dehidrasi.. jadi, waktu kami dibarisin terakhir... ada senior yang ngeliat betapa pucetnya dan pecahnya bibir gue... nah.. gelagapan dah dia... "Kamu gak papa?" katanya sambil panik. Oh ya.. waktu itu mata kami ditutup pake slayer merah. "Kamu mau minum???"

"Iya jendral!"

Minumlah gw dengan sukses.. tapi, masih kerasa kurang. Waktu pelantikan dah mulai. Kami digiring ke sungai/paritan kecil sambil ngerangkak kayak cicak. Nah begitu masuk.... byuuuuurrrr.. kami maju satu-satu sambil treak-treak. Trus ada beberapa senior yang menunggu di depan. Nah, setiap ketemu mereka kami salalu ditanya: "Siapa klian???"

"HMT.. HMT.. HMT!!" practically bunyinya: "...a.em.te.." sambil kepala kami dicelup-celupin ke dalem parit. Nah, karena gue aus.. gw sih seneng2 aja... gleg gleg gleg... lumayan dapet minum. Tapi, setelah gue tahu kalo tuh parit dijadiin tempat kencing dan isinya apa lagi.. entah.... *teteup* sbodo.. yg penting minum! Daripada mati, mending sakit perut.

Lama-lama "a.em.te" berubah menjadi "a.ee.ee". Malam makin beranjak.

Nah, gue termasuk yang pertama di angkatan yg dilantik. Kalo gak salah urutan 2 ato 3 *bangga.. lo???*

Waktu naek dari paritan itu, di atas gw dah nunggu ketua himpunan dan beberapa orang laen.. gw gak bisa liat.. abis mata gw disorot senter.. --Sambil basah-basah.. mata nyipit.. ingusss melerrr.. pikiran entah kemana-- gw ditanya: "kamu tahu apa ini?" sambil nunjuk benda warna ijo-biru dari kain..

"Ehhh.. yang itu bang? eeehhhh... kain."

"Iya.. kain apa?"

Setelah gw perhatiin, ada logo HMT di tengahnya.. "Bendera himpunan bang."

"Cium!.... tapi..... eit... gila ingus looooo... apus dulu! Ntar kena bendera lagi.."

Stelah gw cium, maka resmilah gw jadi anggota HMT00017!

Setelah dapet jaket dari Bli Yoga (solidaritas sesama Bali).. gw mulai ganti baju... langsung.. bugil aja gitu di kebun teh.. ngganti semua-muanya... Tapi, tiba-tiba gue ngrasa hauuuuuus banget....

Dalam keremangan api unggun, gw nyari-nyari botol aqua... buat dijual kiloan.. *hehehehe.. gak lah.. buat diminum aernya*

Nah, ada di sono... beberapa botol.. Langsung aja, dengan beringas gw minum... gleg.. gleg.. dah dua teguk.. koq rasanya aneh... burrrrr... langsung deh gw sembur... untung ga di deket api unggun.. bisa jadi debus gw..

Rasa aernya aneh.. *apa krn gw dah biasa minum aer parit campur kencing, jadinya aer aqua terasa aneh..????*

Hohohohohohoho.. ternyata, itu botol isinya minyak tanah!!!! Panas deh leher gw..... mana gw gak nemu aer beneran setelah beberapa menit kemudian. Dan setelah berkumur 108 kali.. rasa minyak tanah masih melekat di mulut....

Uhuk-uhuk... dan gue mengenang masa-masa itu dari atas kasur, di hari ulang taun gw. Ternyata gue kena flu.. mudah-mudahan bukan flu yang ditularin ma ayam jago yg belakangan ini sering maen di halaman rumah.

Thursday, February 16, 2006

EDISI 14 FEBRUARI

Kue-Cinta

nguiiiiikkkkk..krrrriiiiiiiiiikhh...*maunya sih niruin bunyi modem connecting*

Internet Explorer: Yahoo!Mail, Friendster, detik.com.

Doubleklik! Close. Klik. Close. Klik. Klik. Klik. Command-klik.

Yahoo!Messenger. Cuma ada tiga smiling face kuning cerah buat Dekki pagi itu: kori (cewe, temen smp-nya yang sekarang gawe di Indosat), BennY (cowo, temen sekampus, beda-jurusan, yang udah buka bisnis sendiri di Jogja), dan PaMAnderson (cewe, temen kuliah seangkatannya yang tiga hari lagi mau operasi plastik--->pacarnya--orang amrik--mau dateng ke indo!).

Sambil ngucek-ngucek mata, dan menguap sekali lagi, Dekki mriksa hapenya. Gak ada miskol, gak ada sms.

crrrriiiiiing.... tiba-tiba YM-nya berbunyi nyaring, Dekki noleh ke layar notebook-nya: Esya--sahabat deketnya.

esya_says: pagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
dekadeki: page!
esya_says: udah dapet coklat?--skrg kan palentin
dekadeki: ga butuh coklat
dekadeki: gue butuh tepung ketan ama pandan
esya_says: hah??

---

Sejak nonton Brownies di teve beberapa hari kemaren, Dekki jadi dapet inspirasi:

- Aduk 300 gram tepung ketan dan 75 cc air daun suji atau kalo gak ada: pandan-->tapi karena dua-duanya gak ada: pake pewarna kue, tapi yang ada warna merah *gimana donk??! s'bodo!*, sedikit demi sedikit *lama-lama menjadi sebel.. gue tinggalin juga lu... cepetan donk!*.

- Masukkan 2 sendok teh air sirih *nenek gue pasti ngomel-ngomel sirihnya gue pake 'praktikum'*.

- Uleni *hagh??! apaan nih-->buka Kamus Besar Bahasa Indonesia dulu* sampe adonan dapat dibulatkan jadi sebesar klereng. Isi dengan irisan gula merah. Buletin lagi *dan jangan sampe keluar buletan, dan ngiteminnya harus bener, ntar gak lulus!!! hihihi*

- Didihkan dalam sebuah panci besar. Trus, rebus! Tunggu mpe ngapung *jadi inget kali di samping rumah.. banyak tuh yang beginian*.

- Angkat dan guling-gulingkan ke kelapa-parutan. Jadi deh!

"Dek!!!"

"Apa Nyaak??!"

"Ngapain sih lo di dapur....???"

"Masak, Nyaaaakkk.. bikin Klepon!!"

Dekki memandangi klepon-klepon bikinannya...bentuknya aneh... warnanya aneh (bayangkan, klepon berwarna coklat-kemerahan)... mungkin rasanya lebih ajaib lagi.

Klepon.... ajari aku apa itu cinta.
Klepon.... ajari aku menggaet wanita.
Klepon.... ajari aku ...


"Dekkkkkk..."

"Apa lagi sih Nyaaaakkk?"

"Cokro ma Doni dah dateng tuhhhhhh....."

"Iya, Nyaaak.. suruh tunggu bentar."

Klepon.... ajari aku agar tak jomblo lagi taun depan!

---

"Sori ya.. bentar..," Dekki buru-buru masuk kamarnya lagi. Rambutnya masih basah. Handuk dileher, kaya supir bajaj.

Cokro dan Doni masih heran sama masakan perdananya si Dekki: kelepon merah-cokelat *pokoknya ga jelas...*. Udah 15 menitan mereka bertiga saling pandang: Cokro<-->Klepon<-->Doni. Jadi segen mau makannya!

"Yuk.. cabut!" Dekki keluar dari kamarnya.

Bye bye.. klepon!

***

Berburu DVD buat Valentine

Trio jomblo itu punya agenda khusus di hari valentine ini. Mereka nyegat angkot Kalapa-Dago (warna ijo-strip oranye), tujuan mereka jelas: Pasar Kembang--ato bahasa gaulnya: Sarkem--pusat vcd-dvd bajakan di seantero Bandung Raya.

Begitu sampe, mereka langsung pencar. Soalnya mereka bertiga punya selera film yang berbeda. Cokro misalnya, demen banget sama film-film bermutu (baca: mbosenin), pemenang penghargaan-penghargaan dari festival film, pokoknya yang banyak gambar daunnya!

"Mas, ada Brokeback Mountain*, gak?"

"Haah...?!"

"Brokeback Mountain. Yang menang Golden Globe kmaren, film terbaik!"

"Oh.. itu.. ya.. ada..," kata si Mas sambil senyum, trus ngasih dvd itu ke Cokro.

Cokro memandang dengan mata berbinar dvd yang udah sebulanan ini--sejak dia baca pengumuman pemenang Golden Globe 2006--dicari-carinya. Penasaran.

"Mas...," si mas tukang dvd mulai deh nunjukin ekspresi aneh, "ada ini juga mas.. serial baru.. 'Queer as Folks'**.. ada juga dvd yang full.. yang semi..," sambil nunjukin beberapa dvd yang bergambar seronok.

Cokro mulai ngerasa gak enak, "ooh.. iya..," jawabnya datar.

Yang paling nge-bete-in Cokro adalah bahwa semua dvd yang ditawarin adalah film-film bokep... gay!

Emang gue ada tampang....???!

---

Kalo Doni lain lagi. Dia emang demen banget ma film-film biru 'normal' *kenapa dinamain begitu juga masih misteri buat Doni-Cokro-dan Dekki. Kenapa gak film cokelat, film merah, dsb...?* Apalagi serialnya Emmanuelle, Hustler, dll. Kalo lagi ngebahas film biru, Doni ama temen-temennya dah kaya ngebahas film 'normal' aja.

"Eh, lo ada pelem baru?"

"Oh ada.. critanya di Rumania gitu.."

"Siapa yang maen?"

"Tania ama Nina.. tuh, yang maen di Lust in Space.."

"Oh.. iya.. tau gue.. mereka juga pernah maen di New Chick on The Block, khan?!"

"Yuup! Mo minjem?"

"Yuuuuuuuk..." *dengan lidah terjulur... liur menetes..*

---

Soal film, Dekki termasuk yang paling fleksibel. Dia bisa dengan sabar nonton filmnya Cokro--meskipun sering juga dia dan Doni ketiduran bahkan sebelum ceritanya mulai, apalagi filmnya Doni... Dekki kadang juga ngebantuin Cokro nyari-nyari film bermutu tapi kurang terkenal.

"Eh, Cok.. nih ada film baru.. banyak daunnya nih.. gue nemu di pojokan sana.."

"Wah.. thanks ya Dek.."

"Nope problemm..," sahut Dekki bangga. Akhirnya dia ngerti juga film-film bagus.

Cokro ngelihat sekilas. Iya lho.. banyak daunnya! Langsung dibawa ke counter ma beberapa film-daun laennya. Tapi, besokknya di kampus:

"Eh, monyong...!!" Cokro negur Dekki.

"Eh.. ade ape Cok??"

"Pilem yang lo kasih ke gue kmaren.. lo tau pilem apaan..??"

"Pilem mutu pasti.. soalnya ada daunnya... banyak lagi"

"Eh, lo gak baca ya.. Emang sih, banyak menang di festival-festival film.. tapi, lo tau tu pilem bejat menang di festival apaan?"

"Mang apa?" tampang Dekki masih innocent.

"Toronto, Siberia, dan Berlin Gay Film Festival!"

"Waddhhuuuh...." wajah Dekki berubah ijo.

Wednesday, February 08, 2006

KAOS RONI: GRATIS ITU INDAH

Dari tadi Roni keliatan mondar-mandir gak jelas masuk-keluar kamar trus ke kerdus (yang isinya baju sumbangan buat korban bencana alam) sambil bawa-bawa kain belel yang dulu sempat punya status sebagai kaos itu. Sayang dikasi orang, katanya mengiba. Kaos itu didapat dengan penuh perjuangan!

Kasi gak ya?! Kaos ini dah banyak menyimpan kenangan. Sama banyaknya dengan anak tikus yang pernah numpang dilahirkan di lemari pakaiannya. Roni bukannya pelit. Dia cuma orang yang menghargai memori.

Sekilas, gak ada yang istimewa dari kaos itu. Kaos biasa lengan pendek. Warnanya putih dengan lengan dan kerah warna ijo tua. Tapi yang buat kaos itu nggak biasa--luar biasa malah, buat Roni--adalah sablonan kecil di bagian dada kiri dan tulisan pendek di bagian belakangnya.

Bukan juga karena tu kaos cuma saru-satunya di dunia dan akhirat, bahkan, temen seangkatannya sebagian besar juga dapet. Ya, dapet. Kaos itu adalah kaos pembagian. Buat anak-anak seumuran Roni, waktu itu dan sampe sekarang, kaos pembagian--terutama yang berlogo, apapun logonya--punya gengsi yang gak kalah sama baju-baju butik. Gila, dapetnya aja kudu berebut! Mana ada begituan di butik...

Adalah sebuah iven pameran industri di Jakarta yang sempat--secara tidak beruntung--dikunjungi mahasiswa haus-barang-gratisan (ada juga sih yang nyari ilmu, tapi masih banyak lagi yang cuma pengin jalan-jalan ke Jakarta *please, deh!*, foto-foto *ngehabisin 3 rol film isi 24 cuma untuk di tempat parkir doank*, ato sekedar cari alesan ngabur dari kuliahnya Pak Rustam yang super boring). Sebut saja pameran itu Expoterserahapanamanya (karena emang gak penting). Memajang berbagai industri, mulai dari industri bidang sipil, konstruksi, automotif, kehutanan, pertambangan, sampe pameran kerupuk dan terasi. Sialan, panas-panas disuruh pake jas almamater (buat 'tiket' masuk pameran)! Mana bau terasi lagi...

---

Roni dan temen-temen seangkatannya--untuk urusan berburu barang gratisan (bahkan itu yang paling gak guna sekalipun)--punya energi berlebih. Berlebihan bahkan.

Sudah lewat waktunya makan siang. Itu artinya stan perusahaan elit udah dibuka. Dan, mereka-mereka ini yang paling memahami kebutuhan mendasar mahasiswa akan produk bermutu tanpa label harga, yang dengan naif berharap produknya dikenal (atau minimal dikenang) mereka yang dapetinnya.

Astra, Freeport, Antam, Inco, Komatsu, Renault, DynoNobel, dsb, dst. Mata Roni dan teman-temannya berbinar menyaksikan konstelasi stan-stan bertabur SPG berpakaian minim dengan makeup (arti: buat 'naik';) tebal. This what heaven's like. Dan, misi dimulai:

No. File: 121-01
Stan-1


"Siang, mbak..."
[aduh, mbak, gak masuk angin tuh? cuma pake handuk doank dibebet-bebet]

"Siang, masss..." *asli, 's'-nya panjang bener, kedinginan mungkin* "ada yang bisa dibantu."
[yah, mahasiswa.. keliatan dari penampilannya! gak level...]

"Iya, mbak.. eehh" *bingung cari-cari pertanyaan bermutu* "Freeport perusahaan dari mana ya?"
[trus.. alamat, nomer telpon, nomer bra.. dst.. dsb..]

No. File: 121-03
Stan-5


"Oooh, jadi gitu ya, pak.."
[sok ngerti. mata jelalatan nyari-nyari barang gratisan. Ih, lama bener njelasinnya.. kapan hadiahnya nih? Gak ada apa-apa..nah itu dia.. ada tas ransel]

--terdiam--

Mata si Bapak penjaga stan menatap curiga ke pengunjung stannya yang bertampang aneh ini: wajah ke mana, mata ke mana..

"Dik, koq ngeliatin ke tas saya. Ada yang salah?"

[damn it! Bapak yang salah: bilang keq dari tadi kalo di stan ini gak ada hadiahnya.]

No. File: 121-08
Meja dengan 4 kursi


"Gila ya, banyak perusahaan besar ikut pameran ini." sambil ngelepas topi dan kipas-kipas.
[liat nih.. gue dah dapet topi Renault ama kipas Astra]

"Iya.. ya.. kalo diitung-itung lebih banyak dari taun kemarin." sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja, di sebelahnya ada buku-laporan-tahunan yang super tebel--gak tau buat apa, pokoknya ambil aja.
[liat nih.. gue dah dapet pulpen Inco ama buku Freeport]

"Eh, udahan ya.." *sambil berdiri, siap-siap lari* "masih banyak yang gue blum datengin." *emang ngaruh*
[kurang ajar. Jadwal: abis ini langsung ke stan Inco dan Freeport]

"Sama!"

Bersedia.. siap.. yak!

No. File: 121-17
Stan-8


"Yah.. mbak.. Masak cuma permen.. Saya minta posternya yah?"

"Wah itu kan buat display, mas..."

"Kalo gitu.. pulpennya deh?"

"Ini juga bukan.."

"Asbak?"

"Gak!"

"Lampu?"

"..."

"Kalo gitu dompet?"

"...!??!" *kayak adegan perampokan*

No. File: 121-12
Meja dengan 1 kursi


Susan terlihat serius. Kayak ngerjain ujian aja. Di sampingnya ada dua tumpukan kertas. Yang satu masih kosong, belum ada jawabannya. Yang satu udah terisi penuh.

"Ngapain lo, San?"

"Njawab kuesioner.."

"Sebanyak ini?"

"Iya, di stan sono, banyak hadiahnya... ntar jam 3 diundi."

No. File: 121-21
Stan-11


Tampak ada huru-hara. Mahasiswa bertampang zombie berebut kaos gratisan.

"Tenang-tenang..."

Gak digubris.

"Semua ntar juga kebagian.. Tapi jawab dulu pertan...ny....nnn"

Terserah apa lu kata!

"Eit.. dik.. satu-satu donk."

Ada satu oknum yang teriak di kejauhan: "Ada kaos di sana!!!"

Kayak diserbu segerombolan lebah. Cuma yang ini lebih ngeri! Stan itu pun roboh. Kaos tak bersisa...

Roni tersenyum menang.

---

"Woy, monyong, mo ikut gak ke kampus, naro' ini di posko?" tanya Doni. Dia mendekap kardus isi baju-baju dari warga se-RT-nya buat disumbangin.

"Kagak ah..maless.. blom mandi..." jawab Roni sambil ngulet kaya ulet daun pisang.

"Sejak kapan lo ke kampus mandi? Bantuin gue nyortir di posko.."

"Maless.. gue musti ke Bayou dulu ngambil gaji, ntar gue nyusul.. Ati-ati ya bawanya..."

"Kupret!.. Tumben lo perhatian?"

"Ada kaos kesayangan gue tuh di sana... Kalo bisa dibungkus terpisah.. trus harus tau tuh siapa yang dapetin kaos gue itu.. biar ga jatuh ke tangan yang salah.."

Doni terharu.. Dilemparnya kerdus itu ke muka Roni. Telak!

"Nyumbang satu kaos aja: gaya!"

Tuesday, February 07, 2006

BayouNet

Sudah setahun lewat. Doni ngeliatin lagi stempel gajah duduk di lembaran ijazahnya yang konon ampuh buat cari kerja itu. Tapi di jaman milenium kaya' begini semua itu tinggal legenda (sekotak ama Sangkuriang dan Lutungkesarung)! Mungkin itu bener di tahun 70 atau 80-an. Tapi sekarang, gajah duduk udah mulai kalah pamor dengan cap-cap margasatwa laennya: (susu) kuda liar, domba adu, kelinci percobaan, dan kambing hitam.

Doni melempar kemeja pinjemannya ke atas kasur. Hari itu panas. Sama dengan hatinya. Gimana nggak, dia tahu dari temennya yang juga ikutan, bahwa seleksi tadi cuma sekedar formalitas doang. Tiga kursi yang diperebutin sebenernya udah keisi titipan para pejabat-atas di sana. Udah bangun pagi-pagi, pinjem kemeja, sepatu, dasi tapi kalo tau gini mending gue njaga warnet aja kale..

Pandangannya beralih ke hape sejuta umatnya yang kata temen-temennya harusnya udah masuk museum geologi aja, berjajar ma tengkorak pitecanthropus dan kerisnya Mpu Gandring. Doni nyabut charger dan ngecek hapenya yang tadi pagi lupa dia bawa karena buru-buru telat bangun. Memo-pejabat kampret!

Wah, busyet dah...
ternyata seharian ini dia dapet 4 sms dan 7 miskol. Padahal biasanya, sejak mulai njomblo 4 tahun lalu, seharinya paling banter dia cuma trima 2 sms, itupun harus dia dulu yang mulai. Doni yakin bahwa dia udah mengidap penyakit akut: hapefilia. Yang gejalanya sebagai berikut: sering banget ngecek-ngecek layar hape kapan aja sempet--baru bangun tidur, habis boker, mandi, ato dari mana aja yang kira-kira lumayan jauh sampe gak denger kalo ada sms ato telepon masuk (dalam banyak kasus bahkan udah ndekep hape juga, masih menunjukkan gejala sama). Dan kalo bener ada yang masuk, buru-buru lari kaya orang gila pingin tau siapa yang berbaik hati ngirim sms.

Eva? Ngapain tuh anak miskol-in gue... Eva itu temen seangkatannya Doni. Gak kaya Doni, Eva beruntung dapet kerja duluan bahkan sebelum Doni memulai ngerjain tugas akhirnya. Dulu, waktu kuliah, Doni dan Eva emang gak begitu deket. Tapi sejak Eva kenal en naksir Kunto--sobat deketnya Doni--Eva jadi sering nelpon dan sms: minta tips-tips mulai dari makanan kesukaan Kunto-lah, musik, warna, buku favoritnya-lah, tanggal lahirnya, nama tengahnya (rupanya Eva menerapkan falsafah lagu 'Jangan Katakan'-nya Lea Simanjuntak).

Selain Eva, dia dapet miskol dari Bayou-net (baca: bayonet), tempat nongkrong kesayangannya, sekaligus tempat magang dan satu-satunya tempat dimana (dari segi tata bahasa indonesia, kata ini salah, maklum waktu ngambil mata kuliah bahasa Doni cuma dapet D dan senyum iba dari dosen) gue bisa nyalurin bakat: donlot gambar bokep kapan-aja-bisa. Dia inget, kalo sore ini dia janji buat njaga warnet, nggantiin Roni yang belakangan sering absen di Bayou karena baru jadian.

Dari inbox mesej-nya, dia dapet pesen dari 1818 (nawarin nada tunggu dari lagu barunya Ungu)--Sialan! Gue kira siapa, satu pesen dari 4444 (yang ngasi tau kalo registrasinya berhasil--btw, kalian dah pada registrasi, blum?), satu sms nyasar (Doni tau kalo sms ini nyasar karena isinya: 'Met jalan ya, masss.. ati-ati y. Kalo dh nympe sms adek y. Muuah..Muaaah'. Padahal dia kan gak punya adik. Doni anak tunggal. Dan, dia juga ga punya temen nama Adek ato Ade. Dia juga lagi nggak punya cewek.)

Ngomong-ngomong soal kasus salah sambung, Doni jadi inget ama temennya yang punya masalah serupa. Namanya--sebuat saja--BJ (Bang Jenggot). Suatu hari BJ nrima sms nyasar dari laki yang kayaknya lagi ngincer seorang cewek kenalannya. Kita namain aja dia: Lelakikeciandehlu. Nah, ni si Lelakikeciandehlu keukeuh sumeukeuh kalo nomer hapenya si BJ tuh nomernya si cewe (sebut saja Bunga). Hebat juga tuh cewe ngarangnya, bisa pas gitu. Singkat cerita, Lelakikeciandehlu berkali-kali sms BJ, sampe suatu hari tekatnya membulat untuk nelpon (karena smsnya gak pernah dibales). Berikut transkrip pembicaraannya:

BJ: Halow (sambil ngikik nahan tawa)
Lelakikeciandehlu: Halo.. (lhoh koq cowok yang ngangkat.. ah sebodo') Bunganya ada?
BJ: Salah sambung! (jujur.. tapi suaranya diwibawa-wibawain)
Lelakikeciandehlu: Ini nomernya Bunga kan? (udah salah ngotot lagi.. bagus..bagus.. itu artinya ni cowo udah akil baliq *gak nyambung*) Ini siapa ya? Temennya ya? Bunganya dimana? Kasiin ke Bunga dong. Ada yang mau saya omongin.
BJ: Ye.. dibilang salah sambung koq ngotot sih mas! (yang ini BJ beneran mulai kesel, abis sok teu bgt)
Lelakikeciandehlu: Kenapa sih, Bunga ga mau trima telpon dari saya?
BJ: - * - (BJ matiin hpnya)

Sejak itu, Lelakikeciandehlu dah gak pernah kirim-kirim pesan-pesan cinta lagi. Case closed!

Jadi, praktis hari itu Doni cuma dapet 1 sms: dari Gaga yang minta ketemuan besok, soalnya lusa dia sidang. Dan satu dari tiga pengujinya (satunya lagi pembimbingnya, satu lagi dari option lain) adalah Pak Rustam. Menurut Gaga (dan banyak temennya yang lain) kalo soal Pak Rustam, Doni-lah yang paling tau luar dalem. Emang sih, Doni pernah beberapa kali mroyek sama dia dan emang--secara harfiah--Doni tau 'dalem-dalemnya' Pak Rustam. Soalnya tu dosen kalo di lapangan suka seenaknya aja nglepas baju en ngganti celana dalem dimana-sempet (horor!! Sejak kejadian pertama Doni sempet ga selera makan sampe seminggu, tapi setelah itu dia mulai bisa menikmatinya *lhoh!*:)--tapi khan itu bukan berarti dia juga bisa jadi ahli nujum: bisa tau apa yang bakal Pak Rustam tanyain di sidang lusa. Tapi, gak apalah..soal kuliahan, cuma ini kesempatan satu-satunya Doni bisa unjuk gigi, selebihnya jangan tanya deh...

Dicantolkannya (hayo..ati-ati bacanya!!!) kemeja pinjemannya itu ke satu paku di dinding tempat dia dulu majang fotonya Dian Sastro (dikasih bingkai saking sayangnya). Sekarang, Doni ngerasa terlalu tua untuk nge-fans sama selebritis.

Doni sudah berganti pake kaos dan jeans kesayangannya (yang sejak beli setahun kemaren, belum pernah cipokan sama sabun) dan segera meluncur ke Bayou-net.

---

Senyum Recehan

"Berapa, mas?"

"Nomer 17 ya... mmmhh... serebu tiga ratus, mas... Wah, mas, gak ada duit kecil?"

"Gak ada tuh, mas.."

"Ya udah.. ga usah aja..," bales Doni sok gak butuh duit, padahal utangnya di warung-nasi-pojok-nya Teh Iim aja mungkin gak akan terampuni seumur hidupnya.

Wajah pelanggannya langsung sumringah, senyum kebahagiaan penuh kemenangan merekah di bibirnya. Tapi salah: harusnya dia gak pake senyum segala! Harusnya, kalo dah dibilang gitu, tuh mas-mas kudunya langsung lari aja. Ngibriiit aja sekenceng-kencengnya. Doni paling bete kalo ada orang yang udah mau dibaekin, malah senyam-senyum menang gitu.

"Eeehhh.. mas, mas... enak aja. Ada koq kembaliannya!"

Si mas batal hura-hura-pesta-pora-sambil-ngundang-striptis-ke-kosannya-malam-ini. Dengan bingung, dia nyerahin lembaran 50rebuan-nya gak rela.

Adegan berikutnya, si mas harus nunggu (ada kale' 20 menitan) Doni mengerahkan semua pasukan dalam laci kas warnet dan saku-sakunya, gak peduli receh ato duit belel yang udah samar-samar keliatan nilai nominalnya. Diitungin satu-satu recehan seratusan, lima puluhan, sampe dua limaan.. semuanya.. dengan sabar, sampe pas: Rp. 48ribu 7ratus. Dibayar kontan!

:( "Ada plastik, mas?" tanya si mas haru.

---

Bakso Happy Hour

Udah jam satu malem lewat tujuh menit. Menurut tulisan dari kertas stiker yang nempel di kaca depan, sekarang udah masuk jamnya HAPPY HOUR!

kkkrrruuuuggghhjeuu#$%^%* -- perut Doni lagi gak hepi. Ibaratnya udah jatuh tertimpa tangga pula *gak nyambung Joko (Sembung-red)!*

Layar monitornya dipenuhi situs-situs para pencari sesuap nasi. Ada cdc, jobsdb, depnaker, standard chartered, dsb, dst. Gila..laper banget, euy.

Doni berdiri ngelongok ke cube-cube (baca: cha-cha-dut...hihihi..gak ding..kyub-kyub) warnetnya. Cuman ada satu orang--hampir di ujung sana. Nomer 24.
Masih lama kali ya tu anak..
Rencananya Doni mo keluar bentar buat nyari tukang nasi-goreng ato apa ajalah.. tukang gorengan, jagung-bakar, tukang bakso, tukang pizza keliling (??ada kali ya) juga boleh. Malem-malem gini apa masih ada yang jualan yak?!

Biasanya di Bayou-net ada roti yang dijual buat pelanggan yang maen sampe malem. Tapi, tauk kenapa (...biar ceritanya seru kalee yee...hehehehe) stoknya abiss. Tinggal gula-gula kacang 4 bungkus. Itu juga dah diabisin Doni seplastik-plastiknya. Tuhan, emang paling sayang sama hambanya yang kesusahan:

Ting.. ting.. ting.. bukan permen.. ting.. ting.. bukan biskuuiiiit... (Doni jadi inget sama jinggle iklan waktu denger ada bunyi mangkok bakso yang diketuk dengan sendok dalam irama 4/4)

"Bang! Bang somay!... eh.. Bang Bakso!"

Gerobak si abang mendarat mulus di depannya.

"Bang mangkoknya satu."

Si abang yang tadinya semangat, jadi ragu..

"Mangkoknya satu aja... baksonya yang banyak. Hehehehehe.. tidak pake saos, tidak pake sambel...," Doni nyanyi sok cihuy-tralala-trilili niruin Melissa.

Uap kuah bakso mengepul dari dalem panci. Doni baru nyadar, di luar udah sepi banget. Gelap (kalo terang namanya: siang, monyong!) banget (lampu jalanan mati--bukan apa-apa, cuma belum kepasang aja)... juga dingin. Angin malam berhembus pelan. Tiba-tiba, bulu kuduk Doni merinding. Dia baru merhatiin kalo si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-mau-beli dari tadi slalu munggungi Doni. Ga pernah ngasih liat wajahnya. Tiba-tiba, malam jadi semakin dingin. Doni jadi inget film-filmnya Suzzana, Selly Marcelina, Nurul Arifin jaman-jamannya Bernafas Dalam Kubur, Ratu Pantai Selatan... juga gak lupa, ada satu film--entah apa judulnya--yang nyeritain penjual bakso setan yang wajahnya datar. Apalagi, tengah malem buta aksara begini.. siapa juga yang mau beli bakso.

Tiba-tiba Doni punya ide brilian: ia mau melakukan uji standar pada si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-mau-uji-apa-kamu-setan: ngecek apa kakinya nyentuh tanah apa gak. Ternyata... ternyata... ternyata... NGGAK NGINJEK TANAH sodara-sodara! Si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-mau-liat-kakimu ternyata pake sendal jepit. Uji pertama gagal. Dia gak bener-bener bisa ngeyakinin siapa sebenernya sosok di hadapannya itu yang sedang meracik bakso.

"Pa'e 'ecap, a'?" Suaranya si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-jadi-ngeri terdengar dingin dan datar... Suaranya agak aneh, sepertinya, ada sesuatu dengan mulut si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-nggak-mau-beli-tapi-aku-laper yang membuatnya nggak bisa bersuara sempurna seperti manusia biasa. Jangan-jangan...

"Egggh...ga usah, Bang."

Si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-mau-lari-aja menoleh perlahan dalam slow motion...

dan ... Doni mnjerit sejerit-jeritnya (apa coba')... panik.. ngeri.. parno!

"Aaaaaaaaaaaaaarrrrrghhhh.....!!!"

... "Bang, khan saya dah bilang gak pake saos..! Saya kan paling benci sama saos.."

"A'uh maap, a'...-snif-snif- abang lupa..."

"Udah kalo gitu... yang ini gratis aja ya, bang."

Doni melangkah enteng tanpa rasa dosa, berjalan kembali ke dalem warnet.

"Besok aja.. di ambil mangkoknya, Bang.."

Si abang-tukang-bakso-mari-mari-sini-aku-mau-minta-gratis terbengong menatap kelakuan pelanggannya itu. Angin malam yang dingin berhembus pelan... -snif-snif-


[Note: BJ aslinya dipanggil Gonjess. Nasib Lelakikeciandehlu dan Bunga tidak diketahui kelanjutannya. Eva masih ngejar-ngejar Kunto, liat aja sabtu-minggu pagi di lapangan Sabuga. Pak Rustam udah jadi ketua jurusan sekarang, tapi, kebiasaannya itu masih berlanjut. Teh Iim terlihat masih sering mbiarin Doni ngutang. "Kalo emang demen pake' kutang ya biarin aja.. asal jangan ngamuk-ngamuk dan makan plastik," begitu katanya. Roni masih rutin ngapel (bilangnya sih gitu) tiap malem minggu. Abang tukang bakso? Masih.. masih jualan, cuma karena isu formalin sekarang ganti jualan cireng. Pelanggan warnet yang malem itu duduk di cube nomer 24 sudah gak ada waktu Doni masuk sambil bawa semangkuk bakso hangat gratis. Si mangkok udah jadi properti Bayou-net, soalnya ga diambil-ambil. Selebihnya, kalo ada kesamaan nama dan cerita... tanggung ndiri.]

Sunday, February 05, 2006

The Convergence Road

Mayrra melangkahkan kaki belalangnya cepat-cepat. Sepatu hak tingginya membuat bunyi-bunyi dalam ketukan teratur. Matahari sedang terik dan ia terlambat.

---

"Gading atau biru?"

"Terserah mama aja..," percuma Mayrra memutuskan, toh akhirnya pilihan sang Mama-lah yang selalu terjadi. Seperti juga dengan Shah, calon suaminya.

"Gading selalu cocok dengan warna kulitmu."

Mayrra benci warna gading. Pucat.

Hp dalam tasnya bergetar.

"Hallo, Mas. ... Lagi sama Mama di penjahit. ... Mmmh, nanti siang gak bisa, Mas. Aku ada janji ma client.. penting banget. Ya, May tahu, besok Mas udah harus pergi... Ntar malem..mmmh. Okay. ... Bye."

"Siapa, May?"

"Mas Shah. Udah selesai khan, Ma... May harus balik ke kantor. May ikut aja apa kata Mama...", Mayrra meninggalkan hanya suara dan bunyi ketukan sepatunya.

---

Shah menutup telepon genggamnya. Lalu, membukanya lagi dan menekan nomor lain.

"Hi San... gue free siang ini. ... Oke. Tempat biasa ya..."

Shah mengambil kunci dalam jasnya yang tersampir, lalu melangkah ringan menuju pintu.

---

"Gue kopi aja, Gas. Masih kenyang."

Mayrra menyilangkan kakinya. Bagas memanggil pelayan.

"Gimana persiapannya?"

"Gue gak mau ngomongin soal itu sekarang, Gas."

"Sorry, ... "

Siang itu, Mayrra terlihat sedih tapi bahagia, bahagia tapi sedih.

---

"Khan udah gue bilang berapa kali.. Masa gue yang harus ngurusin hal-hal begini. You wasting my time. Lo coba dulu deh.. Call me kalo lo mentok, okay.."

Sandra keluar dari mobilnya. Rambutnya yang tergerai melambai sekenanya.

"Shah..! Shah..!" Sandra melambaikan tangannya ke atas.

Siang itu, mereka bertemu.

---

"...oh ya? Kapan?" Mayrra mencondongkan badannya ke depan.

"Semalem. Dia sms gue," Bagas mengambil handphone-nya, lalu membuka inbox message-nya.

Mayrra membaca pesan singkat itu, dan mereka berdua tertawa.

"Gas.. gue akan kangen ma lo."

"Gue juga, May."

---

"San..."

"Apa?" Sandra mengambil gelasnya, lalu minum, menunggu Shah menyelesaikan kalimatnya. Siang itu. Sandra tampak cantik.

---

"Kapan lo berangkat?" Mayrra mencoba menikmati 'perpisahan' mereka ini.

"Jam sebelas pagi."

Bagas akan segera bergabung dengan National Geographic sebagai fotografer. Besok dia terbang ke New York. Cita-citanya sejak dulu. Kini, masa depannya telah terhampar dan masa lalunya sedang duduk di hadapannya.

---

"San, belakangan ini gue selalu dapet mimpi yang sama..."

Sudah sejak SMU Shah dan Sandra bersahabat. Banyak yang mengira kedekatan keduanya adalah karena cinta. Tapi Shah selalu bilang: tak ada hubungan yang lebih dalam daripada persahabatan, nggak juga cinta.

"Gue mimpi gue ada di depan altar.. sama May.. ada lo, ada Mama juga di sana.. kami pake baju pengantin.. gue bahagia banget. Tapi, pas gue noleh ke May, dia tiba-tiba mencair dan menghilang.. trus gue terbangun sambil triak-triak manggil-manggil namanya.. ... Kenapa sih gue ini!"

"Shah..," Sandra menatap mata sahabatnya itu dengan iba, "itu mungkin cuma karena lo grogi, ketakutan.. apalagi gak lama lagi kalian bakal nikah. Biasalah..."

"San, gue cinta banget ma May.."

---

"Gue jadi inget... Mama slalu bilang.. kalo' fotografer itu bukan kerjaan. Cuma yang pake kemeja-dasi dan punya kantor tetap yang bisa disebut 'kerjaan'..."

Mata keduanya menatap jauh tanpa fokus sepertinya mencoba menangkap kembali memori lama. Mamanya Mayrra menolak hubungan mereka.

"Tapi.. lihat lo sekarang...," Mayrra menatap Bagas bangga. "Gas... boleh ga, gue ikut lo ke NY?"

"Sebenernya May... gue ngerasa.. ngg.. lega waktu nyokap lo minta gue njahuin lo. Waktu itu gue gak bener-bener yakin dengan hidup gue sendiri. Gue gak pede.. sama kerjaan gue.. ma masa depan gue.. Gue punya banyak mimpi yang pingin gue kejar dan wujudin. Dan, gue sadar kalo mimpi-mimpi gue itu mungkin gak akan bisa ngebahagiain lo atau siapa aja yang nantinya mendampingi gue."

---

"Keliatannya nyata banget San... Gimana kalo mimpi itu pertanda? Gimana kalo May ninggalin gue.. Dan, belakangan ini gue ngerasa dia sering ngejauhin gue."

"Gue dah nglakuin apa yang lo bilang, San.. semua hadiah-hadiah.. candle-light dinner.. tapi, mungkin, May emang gak pernah mencintai gue..."

---

"Gue dah jenuh, Gas.. gue bahkan gak ngerti hidup gue sendiri. Gue iri sama lo yang punya mimpi.. dan percaya ma mimpi-mimpi lo itu.."

---

Malam. Sudah jam sembilan lebih.

Mayrra melongkok sekali lagi lewat jendela depan di ruang tamu. Sudah sejak sejam yang lalu ia siap pergi. Tubuhnya dibalur pakaian sutra hitam yang halus, hadiah Shah. Dia memastikan lagi tidak ada sms yang diterimanya dari Shah yang membatalkan acara malam ini. HP-nya juga tidak aktif.

Ia sadar, ia tak bisa pergi bersama Bagas. Bagas punya mimpinya, cintanya.. yang ternyata tidak ada Mayrra di sana. Keinginannya telah mengerucut, convergence road: ia ingin menikah saja dengan lelaki yang mencintainya. Mayrra menyerah. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya.

---

Shah mengecup kening Sandra. Dipandanginya tubuh Sandra yang tertidur di sampingnya. Malam itu Shah menemukan cintanya.